Kimia Organik Fisik
KIMIA ORGANIK FISIK
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokaatuhu :)
Pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan beberapa materi terkait dengan fenomena-fenomena yang terjadi pada suatu molekul kimia. Adapun fenomena tersebut antara lain:
A. Elektronegatifitas
Elektronegativitas
adalah skala sejauh mana sebuah atom bisa menarik (mengikat) elektron untuk
dirinya sendiri. Dalam
kata lain, elektronegativitas mengukur kemampuan atom untuk mendapatkan
(menarik) elektron dan untuk mempertahankannya. Elektronegativitas adalah skala
sejauh mana sebuah atom bisa menarik (mengikat) elektron untuk dirinya sendiri.
Dalam
kata lain, elektronegativitas mengukur kemampuan atom untuk mendapatkan
(menarik) elektron dan untuk mempertahankannya.
Perbedaan
elektronegativitas antara dua atom dapat digunakan untuk memprediksi kekuatan
relatif ikatan. Skala
yang berbeda telah diusulkan untuk mengukur elektronegativitas.
Ikatan
kimia adalah gaya tarik menarik antara atom yang menciptakan molekul. Sedangkan
molekul adalah blok bangunan dari semua materi. Sifat ikatan kimia akan
menentukan berbagai sifat molekul. Sebagai
mana diketahui, elektron mengorbit di kulit sekitar inti atom. Atom berada
dalam kondisi paling stabil saat kulit elektron penuh atau setengah penuh.
Ikatan
kovalen terjadi ketika satu atau lebih elektron dibagi antara atom penyusun
molekul. Elektron
cenderung mengorbit lebih dekat ke atom yang lebih elektronegatif. Meskipun
elektron dibagi dalam ikatan kovalen, struktur molekul keseluruhan relatif
lebih kuat. Dalam
ikatan ionik, perbedaan elektronegatif antara dua atau lebih atom begitu besar
sehingga elektron dilucuti dari atom yang kurang elektronegatif. Ikatan ini bersifat polar,
seperti magnet kecil. Mereka dapat memisahkan diri dalam air atau pelarut lain
menjadi dua atau lebih ion yang terpisah. Pada
tahun 1934, ilmuwan Amerika, Robert S. Muliken, menyarankan bahwa
elektronegativitas diukur sebagai setengah perbedaan antara energi ionisasi
(EI) dan afinitas elektron (AE).
Energi
ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari atom,
sedangkan afinitas elektron adalah energi yang dilepaskan ketika atom
mendapatkan elektron. Namun,
usulan Muliken tidak diadopsi karena afinitas elektron sulit untuk diukur pada
saat itu. Ilmuwan
lain Amerika, Linus Pauling, kemudian menyempurnakan skala sebelumnya yang
didasarkan pada kekuatan relatif ikatan kimia. Fluorin, yang merupakan atom
paling elektronegatif, diberi skala keelektronegatifan 4,0. Lithium, di sisi berlawanan
dari tabel periodik, memiliki skala 1,0, sedangkan cesium dengan nilai 0,7,
memiliki skala lebih rendah dibandingkan lithium. Secara umum, elektronegativitas
meningkat dari kiri ke kanan tabel periodik dan menurun dari atas ke bawah. Skala Pauling memberikan ukuran
yang baik dari jenis ikatan atom yang akan terbentuk.
Perbedaan
elektronegatif antara dua atom non-logam relatif kecil sehingga cenderung
membentuk ikatan kovalen. Sebagai
contoh adalah ikatan karbon-nitrogen dalam piridin (C5H5N). Karbon memiliki
elektronegativitas 2,5, nitrogen adalah 3,0, sehingga perbedaannya adalah 0,5. Di sisi lain, sebuah atom
non-logam dan atom logam membentuk ikatan ionik karena perbedaan elektronegatif
besar.Kalium klorida (KCl) merupakan contoh dengan kalium memiliki nilai 0,8,
sedangkan klorida memiliki nilai 3,0, sehingga perbedaannya adalah 2,2.
B. Ikatan Hidrogen
Ikatan
hidrogen adalah ikatan antar molekul (bukan antar atom). Ikatan ini terjadi
pada senyawa-senyawa yang sangat polar seperti HF, H2O, dan NH3. Sebagai contoh
antar molekul HF dengan molekul H2O, H2O – H2O, HF-HF, H2O-NH3, dst-dst. Lebih
jelasnya ikatan ini terjadi antara atom yang sangat elektronegatif dari suatu
molekul dengan atom yang kurang elektronegatif dari molekul yang lain, misal
antara atom F dari molekul HF dengan atom H dari molekul H2O.
Beberapa
Senyawa yg menglami ikatan Hidrogen antara lain:
– H2O
– HF
– NH3
– C2H4O (etanol) dan lain-lain
– H2O
– HF
– NH3
– C2H4O (etanol) dan lain-lain
Iktan
hidrogen trjdi ketika ada molekul F, N, O yg memiliki psangan e bebas. pasangan
e bebas tdi menarik satu/beberapa atom H dri dari molekul lain yg akhirnya
membentuk ikatan Hidrogen satu sama lain. Intinya senyawa yg mengandung salah
satu dri F, N, O. Yg didalamnya terdpat H pasti berikatan Hidrogen..
Ikatan ini tidak terlalu kuat shg lebih gampang diputuskan drpd ikatan ionik maupun kovalen, aplagi dibanding ikatan logam.
Ikatan ini tidak terlalu kuat shg lebih gampang diputuskan drpd ikatan ionik maupun kovalen, aplagi dibanding ikatan logam.
Dalam
kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi
antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Walaupun
lebih kuat dari kebanyakan gaya antarmolekul, ikatan hidrogen jauh lebih lemah
dari ikatan kovalen dan ikatan ion. Dalam makromolekul seperti protein dan asam
nukleat, ikatan ini dapat terjadi antara dua bagian dari molekul yang sama. dan
berperan sebagai penentu bentuk molekul keseluruhan yang penting.
Ikatan
hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O, atau F yang
mempunyai pasangan elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari molekul
lain akan berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu
ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi mulai dari yang lemah (1-2 kJ
mol-1) hingga tinggi (>155 kJ mol-1).
Kekuatan
ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara
atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar
ikatan hidrogen yang terbentuk.
Ikatan
hidrogen mempengaruhi titik didih suatu senyawa. Semakin besar ikatan
hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air (H2O),
terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan
hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki
ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya)
sehingga titik didih air lebih tinggi daripada asam florida.
C. Gaya Van der Waals
Gaya
Van der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non-polar (Gaya
London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipol-dipol) atau antara molekul
non-polar dengan molekul polar (Gaya dipol-dipol terinduksi). Berikut ini
penjelasannya.
a.
Gaya Dipol-dipol
-
Merupakan
gaya yang bekerja antara molekul-molekul polar (senyawa kovalen polar), yaitu
molekul-molekul yang memiliki momen dipol.
-
Setiap
senyawa kovalen polar memiliki dipol, yaitu muatan yang terpolarisasi
(terkutubkan) menjadi muatan positif dan negatif.
-
Dipol-dipol
yang berbeda akan saling tarik-menarik, sedangkan yang berlawanan akan
tolak-menolak. Makin besar momen dipolnya, semakin kuat gayanya.
b.
Gaya Dipol Sesaat-Dipol Terinduksi (Gaya dispersi London)
-
Gaya
antarmolekul ini umumnya dimiliki senyawa kovalen nonpolar yang tidak memiliki
dipol (memiliki muatan namun tidak terkutubkan).
-
Molekul-molekul
pada senyawa kovalen nonpolar tersusun dari inti atom dan elektron-elektron
yang selalu bergerak bebas. Karena elektron selalu bergerak, muatan pada
molekul nonpolar akhirnya terkutubkan (dipol sesaat) yang kemudian dapat
menginduksi molekul nonpolar lainnya (dipol terinduksi).
-
Gaya
antarmolekul ini dikenal dengan sebutan gaya dispersi London.
Kemudahan
suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk menginduksi (mengimbas)
suatu dipol disebut polarisabilitas (keterpolaran).
Polarisabilitas
ini berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada
umumnya, makin banyak jumlah elektron, makin mudah mengalami polarisasi. Karena
jumlah elektron berkaitan dengan Mr, maka semakin besar Mr, semakin kuat gaya
London.
Gaya
dispersi London ini termasuk gaya yang relatif lemah, karena interaksi yang
terjadi adalah antar molekul nonpolar. Contoh molekul yang mengalami gaya
london diantaranya: gas hidrogen, gas nitrogen, metana dan gas-gas mulia.
Dua
buah molekul nonpolar berinteraksi, kemudian salah satu molekul mulai terkutubkan
karena pergerakan elektron yang bebas membentuk dipol sesaat. Disebut dipol
sesaat karena dipol molekul tersebut dapat berpindah milyaran ribu kali dalam
satu detik. Pada saat berikutnya dipol itu hilang atau bahkan sudah berbalik
arahnya. Molekul tersebut kemudian menginduksi molekul non polar yang lainnya.
Sehingga terjadi gaya dipol terinduksi.
Oleh
karena itu, gaya antar molekul ini disebut gaya dipol sesaat-dipol terinduksi
(gaya dispersi London)
c.
Gaya Dipol-dipol terinduksi
Suatu molekul
polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi molekul
nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi. Dipol dari
molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari molekul
nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan Cl2
(molekul nonpolar).
D. Polarizabilitas
Polarisabilitas
menunjukkan kemudahan terganggunya distribusi elektron dalam molekul. Pada
umumnya, makin besar massa molar (M ) molekul yang berarti jumlah elektron
makin banyak, polarisabilitas makin tinggi (distribusi elektron semakin mudah
terganggu) sehingga gaya London makin kuat. Polarisabilitas berkaitan
dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada umumnya, makin banyak
jumlah elektron dalam molekul, makin mudah mengalami polarisasi. Oleh karena
jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif, maka dapat dikatakan
bahwa makin besar massa molekul relatif, makin kuat gaya London. Misalnya,
radon (Ar =
222) mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan helium (Ar =
4), 221 K untuk Rn dibandingkan dengan 4 K untuk He. Molekul yang bentuknya
panjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang kecil,
kompak, dan simetris. Misalnya, normal pentana mempunyai titik cair dan titik
didih yang lebih tinggi dibandingkan neopentana. Kedua zat itu mempunyai massa
molekul relatif yang sama besar.
E. Gugus Fungsi
1. Pengertian Gugus fungsiBandingkan struktur etana dan etanol berikut:
H H
| |
H-C-C-H
| |
H H
H H
| |
H-C-C-OH
| |
H H
Dari
kedua struktur di atas dapat kita lihat bahwa molekul etanol (C2H5OH)
sama dengan molekul etana (C2H6) kecuali satu atom H
diganti oleh gugus OH. Gugus pengganti ini sangat menentukan sifat senyawa yang
bersangkutan, baik sifat fisis maupun sifat kimia. Etanol mempunyai sifat yang
berbeda sekali dengan etana, tetapi bermiripan dengan methanol, senyawa lain
dengan gugus pengganti yang sama. Itulah sebabnya gugus pengganti itu juga
disebut gugus fungsi yang artinya gugus penentu sifat.
2. Senyawa Turunan
Alkana
Senyawa
turunan alkana adalah senyawa yang dapat dianggap berasal dari alkana dimana
satu atau lebih atom H diganti oleh gugus fungsi tertentu. Beberapa golongan
senyawa turunan alkana yang akan dibahas berikut ini.
1. Alkohola. Jenis-jenis Alkohol
Berdasarkan
jenis atom karbon yang mengikat gugus OH, alkohol dibedakan atas alkohol
primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Dalam alkohol primer, gugus OH
terikat pada atom karbon primer, dan seterusnya.
b. Tata Nama Alkohol
Nama
IUPAC alkohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran
a menjadi ol.
CH3- CH2-
CH2- OH 1-Propanol
Selain
nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil alkohol.
CH3- CH2-
OH etil alkoholc. Sifat-sifat Alkohol
-
Sifat
Fisis
Alkohol
mempumyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi. Pada suhu kamar,
alkohol suku rendah berbentuk cairan yang bersifat mobil, suku sedang berupa
cairan kental, sedangkan suku tinggi berbentuk padatan.
-
Sifat
Kimia
Gugus
OH merupakan gugus yag cukup reaktif sehingga alkohol mudah terlibat dalam
berbagai jenis reaksi. Reaksi dengan logam aktif misalnya logam natrium dan
kalium membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Alkohol sederhana mudah terbakar
membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Jika alkohol dipanaskan bersama asam
sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas molekul air) membentuk eter atau
alkena.
d. Kegunaan Alkohol
dalam kehidupan sehari-hari
Alkohol
juga dapat digunakan sebagai pengawaet untuk hewan koleksi (yang ukurannya
kecil) alkohol.Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Ethanol
dan methanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline atau
diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai antifreeze pada radiator. Untuk menambah
penampilan Mesin pembakaran dalam, methanol dapat disuntikan kedalam mesin
Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam
pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
2. Eter a. Tata Nama Eter
Nama
lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti
kata eter ( dalam tiga kata yang terpisah ).
CH3- CH2-
O - CH3 Metil etil eter
Nama
IUPAC adalah alkoksialkana. Dalam hal ini eter dianggap sebgai turunan alkana
yang satu atom H alkana diganti oleh gugus alkoksi ( -OR ).
CH3-CH2-O-CH3
metoksietana
b. Sifat-sifat Eter
-
Sifat
Fisis
Titik
cair dan titik didih eter jauh lebih rendah daripada alkohol. Demikian juga
dalam hal kelarutan, eter lebih besar sukar larut dalam air daripada alkohol.
Pada umumnya eter tidak bercampur dengan air. Pada suhu kamar, kelarutan etil
eter dalam air hanya 1,5 %. Hal ini terjadi karena molekul eter kurang polar.
-
Sifat
Kimia
Eter
mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Eter tidak beraksi
dengan logam natrium. Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI.
c. Kegunaan Eter dalam
kehidupan sehari-hari
Eter
yang terpenting adalah etil eter yang dalam kehidupan sehair-hari maupun dalam
perdagangan disebut eter. Kegunaan utama eter adalah sebagai pelarut dan obat
bius (anestesi) pada operasi. Etil eter adalah obat bius yang diberikan melalui
pernapasan, seperti halnya kloroform atau siklopropana.
F. Efek Induksi
Efek
induksi adalah : Suatu aksi elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom
dalam suatu molekul (lewat ikatan σ).
Dan
efek itu dapat dinyatakan sebagai I + dan I –
I +
jika subtituen yang terikat mendorong elektron ( melepaskan e- )
I -
jika subtituen yang terikat menarik Elektron ( mengambil e- )
Efek
induksi dari gugus yang terikat pada rantai R dari asam karboksilat (gugus
COOH)
H2O + R – COOH → H+ + R - COO –
Bila
ada gugus yang terkait pada alkil dari asam karboksilat bersifat menarik
elektron, maka efek induktif akan diteruskan kesemua atom, oksigen dari
hidroksida pada asam menjadi relatif lebih positif, hydrogen mudah lepas
kesamaan karboksilat bertambah.
Contoh : Bandingkan
keasaman dari CH3 COOH pka = 4,80 dan
Cl – CH2 – COOH pka
= 2,86
Bila
ada gugus yang terikat pada alkil dari asam karboksilat bersifat mendorong
elektron, maka efek induktif akan diteruskan kesemua atom, oksigen dari
hidroksida pada asam menjadi relatif lebih negatif, hidrogen sukar lepas
keasmaan karboksilat berkurang.
Contoh : Bandingkan
keasaman dari CH3 COOH pka = 4,80 dan
(CH3)3 C – COOH pka
= 5,05 dan
Catatan
:1. pka adalah = - log ka, jika pka
kecil berarti asam kuat dan sebaliknya
2. Keasaman lebih besar
berarti kebasaan lebih kecil dan sebaliknya.
Efek Induksi (E elektrostatik) akan berkurang
dengan adanya jarak gugus induksi dengan pusat reaksi (COOH). Bandingkan
keasaman senyawa :
2.1).
Cl –(CH2)2 –COOH pka = 4,0 dan
2.2).
Cl –CH2 –COOH pka =2,86
Menurut
consensus :
·
Gugus
yang menarik elektron lebih dari atom H disebut I-
·
Gugus
yang mendorong electron lebih besar dari atom H disebut I- .
Faktor
lain disamping resonansi stabil dari ion karboksilat mempengaruhi keasaman dari
senyawa. Delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif ion karboksilat
menstabilkan anion, relative terhadap asamnya. Penambahan kestabilan dari anion
menyebabkan bertambahnya keasaman dari suatu asam. Misalnya, khlor
elektronegatif. Dalam asam khloroasetat, khlor menarik keerapatan elektron dari
elektron dari gugusan karboksil ke dirinya. Penarikan elektron ini menyebabkan
delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif, jadi menstabilkan anion dan
menambah kekuatan asam dari asamnya. Asam khloroasetat lebih kuat dari asam
asetat.
Makin
besar penarikan elektron oleh efek induktif, lebih kuat asamnya. Asam
dikloroasetat mengandung dua atom khlor yang menarik elektron dan merupakan
asam yang lebih kuat dari pada asam khlorasetat. Asam trikhloroasetat mempunyai
tiga atom khlor dan lebih kuat lagi daripada asam dikhloroasetat.
G. Resonansi
Resonansi secara
singkat dapat dikatakan dengan suatu senyawa kimia yang strukturnya sama tetapi
konfigurasi elektronnya berbeda.
Aturan
Struktur Resonansi
-
Struktur resonansi, menggambarkan molekul, ion, radikal dan ion yang tidak
cukup digambarkan hanya dengan sebuah struktur lewis, melainkan harus dengan dua atau
lebih struktur Lewis. Sehingga dapat mewakili struktur molekul, radikal atau
ion dalam bentuk hibridisasinya. Tanda panah untuk resonansi ↔
-
Dalam menulis struktur resonansi, kita hanya boleh memindahkan elektron,
sedangkan posisi inti atom tetap seperti dalam molekulnya.
-
Semua struktur harus memenuhi struktur Lewis. Tidak boleh menulis struktur (
atom karbon mempunyai lima ikatan).
-
Semua struktur resonansi harus mempunyai, jumlah electron tak berpasangan
yang sama.
-
Semua atom yang terlibat dalam sistem delokalisasi harus terletak pada bidang
datar atau mendekati datar.
Senyawa
2,3-di-ters-butil-1,3-butadiena, bukan merupakan sistim konjugasi, karena gugus
tersier butil (besar) sehingga keluar dari bidang datar. Karena tidak satu
bidang maka orbital p pada C-2 dan C-3 tidak dapat mengalami
overlapping dan delokalisasi elektron menjadi terhalang.
-
Struktur resonansi atau hibridisasi atau sistem yang menggambarkan mempunyai
kestabilan yang besar.
-
Struktur yang lebih stabil, adalah yang lebih besar memberikan kontribusi
terhadap sistem hibridisasi. Contoh:
Struktur
A mempunyai kontribusi lebih besar dari B, karena struktur A merupakan karbonium
tersier, sedangkan B adalah karbonium sekunder.
H. Hiperkonjugasi
Merupakan delokalisasi yang melibatkan
elektron σ. Hiperkonjugasi di atas dapat dipandang sebagai overlap antara
orbital σ ikatan C-H dengan orbital π ikatan C=C, analog dengan overlap π-π.
Hiperkonjugasi disebut juga resonansi tanpa ikatan. Secara singkat efek
hiperkonjugasi merupakan perubahan dari suatu ikatan C-H menjadi ikatan C=C
atau C≡C oleh Hα. Hiperkonjugasi dapat meningkatakan kestabilan molekul dengan
semakin banyaknya Hα maka suatu molekul tersebut akan semakin stabil.
Contoh:
Jika
suatu karbon yang mengikat atom hydrogen dan terikat pada atom tak jenuh atau
pada satu atom yang mempunyai orbital bukan ikatan maka untuknya dapat
dituliskan bentuk kanonik seperti diatas. Di dalam bentuk kanonik seperti itu
sama sekali tidak ada ikatan antara karbon dengan ion hidrogen, dan resonansi
seperti itu disebut resonansi tanpa ikatan. Hidrogen
tidak pergi (karena resonansi tersebut bukanlah suatu hal yang nyata melainkan
hanya bentuk kanonik yang berkontribusi ke struktur molekul nyata). Efek
struktur diatas pada molekul nyata adalah elektron dalam C-H lebih
dekat ke karbon daripada jika struktur diatas tidak
berkontribusi.
I. Tautomeri
Suatu senyawa karbonil dengan suatu hidrogen alfa
yang bersifat asam, dapat berada dalam dua bentuk yang disebut tautomer : suatu
tautomer keto dan sebuah tautomer enol. Tautomer adalah isomer-isomer
yang berbeda satu dengan yang lainnya hanya pada posisi ikatan rangkap dan
sebuah atom hidrogen berhubungan. Tautomer keto suatu senyawa karbonil
mempunyai struktur karbonil seperti diharapkan. Tautomer enol (dari –ena+-ol)
yang merupakan suatu alcohol vinilik, terbentuk dengan serah-terima sebuah
hidrogen asam dari karbon α ke oksigen karbonil. Karena atom hidrogen berada
dalam posisi yang berlainan, kedua bentuk tautometrik ini bukanlah
struktur-resonansi, melainkan dua struktur berlainan yang berada dalam
kesetimbangan. (harus diingat bahwa struktur-struktur resonansi berbeda hanya
dalam posisi elektron).
Didalam kamus kimia SMA, tautomeri adalah
perpindahan atom dalam satu molekul menjadi isomer. contohnya perubahan keto
menjadi enol, amin menjadi imin.
Kuantitas relative enol versus keto dalam suatu
cairan murni dapat diperkirakan dengan spektroskopi inframerah atau nmr. Aseton
terutama ada dalamketo (99,99% menurut prosedur titrasi khusus). Kebanyakan
aldehida dan keton yang sederhana juga terutama ada dalam bentuk keto; tetapi,
2,4-pentanadion terdiri dari 80% enol! Bagaimana perbedaan besar ini dapat
dijelaskan? Perhatikan struktur tautomer 2,4-pentanadion:
Bentuk enol tidak hanya memiliki ikatan rangkap
berkonjugasi, yang sedikit menambah kestabilan, tetapi juga memiliki susunan
yang sedemikian rupa sehingga mmemungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen
internal, yang membantu menstabilkan tautomer ini.
Tatomeri dapat mmempengaruhi kereaktivan suatu
senyawa. Suatu pengecualian terhadap sifat keton yang tidak mudah teroksidasi,
ialah oksidasi keton yang memiliki sekurang-kurangnya suatu hidrogen alfa.
Suatu keton yang dapat menjalani tautomeri dapat dioksidasi oleh
zat-pengoksidasi kuat pada ikatan rangkap karbon-karbon (dari) tautomer
enolnya. Rendemen reaksi ini tidak diguakan untuk kerja sinetik, tetapi
sering digunakan dalam penuturan struktur.
J. ReganganRuang
Dari bentuk molekul diatas, dapat dilihat bahwadalam
suatu molekul kimia, terdapat suatu bentuk dimana molekul aromatik memiliki
regangan ruang.
Demikian beberapa materi pada hari ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.
Wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarokaatuhu.
Demikian beberapa materi pada hari ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.
Wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarokaatuhu.
Saya ingin bertanya tentang gaya van der waals.. apa yang mempengaruhi terjadinya gaya van der waals
ReplyDeleteTerima kasih atas sharing ilmunya saudara Daus, semoga selalu senantiasa memposting hal-hal yang bermanfaat untuk banyak orang. semangat and good job:)
ReplyDeleteTerimakasih materinya Daus, membantu sekali dalam pembelajaran saya
ReplyDeleteterimakasih atas materinya :)
ReplyDeletemantappppppp
ReplyDeleteditunggu manteri selanjutnya hhe
ReplyDelete